Contoh Naskah Drama Terbaik
DRAMA DALAM
DRAMA
NASKAH DRAMA
Pada
hari Minggu tanggal 9 Februari terdapat suatu perkumpulan 10 orang sahabat, di rumah
salah satu sahabat Mereka yaitu di rumah
Via. Suasana rumah sangat sepi karena tidak adanya orang tua Via . Mereka
melakukan diskusi untuk pementasan drama yang bertemakan legenda masyarakat
indonesia. Perkumpulan tersebut dilakukan di teras belakang rumah yang sangat
luas sehingga memungkinkan mereka untuk latihan drama.
Wina : (wina datang bersama fitri dan lia,
sambil mengetuk pintu) “ Assalamualaikum”
Via : “Waalaikumsalam” ( sambil membukakan
pintu dan bersalaman) ayo masuk!
Lia :”Kita telat ya Vi”?
Via : “Telat? Engga ko, malahan kalian yang
pertama datang”.
Lia : “O, syukur deh”.
Fitri :”Sepi
banget. mamah sama papah kamu kemana?”
Via : “Iya, orang tua aku lagi pergi
kondangan ke tetangga”.
Wina
:” Lah, Yang lainnya pada dimana ya kok belum
datang” ?
( terdengar
suara ketukan pintu, yang ternyata Caswi , Abdul, Randy ,Taufik dan Dita datang)
Caswi : “Asalamualaikum”
Fitri :”Lah itu kayanya temen- temen pada datang,
aku buka pintu dulu ya”.
“Waalaikum salam”
Randy : “kamu udah di sini, udah lama?”
Fitri : “Akh engga juga. Baru aja diomongin eh udah datang, ayo masuk yang lainnya udah di teras belakang”.
(
semuanya berjalan menuju teras belakang tempat yang lain sedang berkumpul)
Abdul :” Hey , sorry ya telat”
Via : “Iya engga papa. Dwi mana ?”
Taufiq :” Apa belum dateng ? “
Lia :” Ikh kamu sih gimana ditanya malah tanya
balik?”
Taufiq :”
Ya maaf, saya kira dia udah berangkat”.
Wina : “Ya udah, ngga ada satu orang ngga apa apa
kan? Kita muali aja yuk ?”
Dita : “Ya udah yuk”
Wina : “Gini ya, kemarin kita kan udah nentuin
judul drama yang akan kita buat, sekarang kita tinggal menentukan tokoh dan
penokohan dari masing –masing orangnya”.
Randy : “Emangnya
judul dramanya apa?”
Caswi :” O iyah, kemarin kamu gak berangkat
kan makanya ga tau”
Via : “Makanya yang aktif ya”.
Randy : “Iya ikh, kemarin kan ada kepentingan,
jadi harap dimaklumi aja ya”.
Fitri : “Ya udah ia kita maklumi kok,
judulnya “ si lancang “ .
Randy : “O, kalau itu kebetulan udah pernah
baca”.
Wina :” Iya yang lainnya juga udah pada tahu
kan cerita dan unsur intrinsiknya, jadi siapa yang mau jadi si Lancang, ibu
Lembut, istri-istri si Lancang , guru ngaji, si Jangkung,Murni, dan pengawal si
Lancag”
(
semuanya terdiam, saling memandang dan saling tunjuk )
Lia : “Kalau menurutku mendingan dwi aja
yang jadi si lancang”.
Caswi :”Masa dwi sih, sekarang aja orang nya
belum dateng apa-apa an, masa peran utamanya belum dateng ga seru kan, kalau
menurut aku mendingan Taufiq aja yang jadi si Lancan”.
Taufik
: “Masa aku , tampang alim gini harus jadi
anak durhaka ?”
Dita :”
Apa tampang kaya gini tampang alim ?”
Fitri :” Itu sih perasaannya dia aja kali”
(
suasan yang semula damai kini berubah menjadi gaduh tanpa ada kejelasan)
Wina : “Diam ! kalian apa –apaan sih kok
malah saling tunjuk kaya gini, pake ribut segala lagi”
Abdul : “Abisnya ga ada yang mau ngalah sih”
Via : “Ya udah gini aja, gimana kalau
tokohnya kita pilih sendiri sesuai dengan keinginan kita?”
Lia : “Iya, kalau begitu aku setuju,
kan ga ada unsur pemaksaannya”.
(Terdengar
suara ketukan pintu )
Via : “Kayanya ada yang ngetuk pintu, aku
buka pintu dulu ya”.
Dwi : “Asalamualaikum”
Via : “Waalaikumsalam, darimana aja kok
baru dateng ?”
Dwi :
“Iya maaf, tadi ban motornya bocor, jadi harus kebengkel dulu”.
Via : “O ya udah, masuk yuk yang lainnya
udah pada nunggu di teras belakang”.
Randy :” Ye anak yang paling gasik nih
datangnya, tepuk tangannya dong”
(
semuanya memberikan tepuk tangan untuk dwi)
Dwi : “Ya maaf, tadi ban motornya bocor,
jadi harus nambal dulu”.
Dita
: “Ya udah lah. Kita lanjutin aja
diskusinya yuk”.
Wina
: “Iya, jadi pada mau milih peran
apa?”
Caswi : “Kalau aku ga papa deh jadi istri
pertamanya si Lancang (Fany), si Lancangnya juga kaya ini”
Lia : “Kalau aku jadi istri keduanya (sesil) ”
Via : “Aku jadi Murni aja”
Fitri : “Aku jadi dalangnya aja ya”
Dwi : “Dalang?
emangnya mau ada pertunjukan wayang apa? “
Fitri :” Maksud ya lah”.
Dwi : “Iya,
Cuma bercanda. Ga usah marah ya”......
Dita : “Aku jadi istri ke 3 ( samanta) aja deh”.
Taufiq :” Saya jadi si jangkung aja lah, ga apaaa-
apa kan toh sesuai ini dengan tubuh saya”
Randy : “Iya, percaya lah. Saya jadi pengawal si lancang
saja lah. kalau aja ya ada pengawal buat istrinya si lancang , wah pasti saya
sangat ikhlas memerankannya”
Dwi : “Uuuh itu sih maunya kamu”.
Randy :”Tapikan katanya kita bebas memilih peran
jadi terserah dong”
Dwi : “Iya lah, tapi sayangnya tokoh
tersebut tidak ada dalam naskah drama kita”
Lia : “Udah dong debatnya, nanti gak cepat
selesai”.
Dwi : “Iya ini juga mau disudahkan kok. Saya
milih jadi guru ngaji si lancang saja lah. Mudah- mudahan tokoh ini bukan hanya
sekedar dalam drama tapi bisa terwujud secara nyata”
(
semuanya mengamini perkataan dwi)
Abdul :” Terus yang jadi si lancang siapa?”
Caswi : “Kamu sendiri meranin tokoh siapa?”
Abdul : “Belum milih”
Fitri : “Ya berarti kamu yang jadi si lancang,
toh yang tersisa juga hanya itu kan”
Abdul :” Ya oklah”
Wina : “Jadi semuanya sudah memilih tokohnya ya”
Via :
“Apa kamu udah milih win? “
Wina : “O iya aku belum milih ya”
Via : “Milih apa ? yang tersisa juga
tinggal ibu si lancang aja”.
Wina : “Ya sudah ga papa. Ok sekarang kita
mulai latihan, yang semangat ya guys”
(
semua menjawab ok dengan penuh semangat dan mulai latihan)
SILANCANG
Pada
suatu hari, ada seorng anak yang bernama lancang yang hanya tinggal bersama
ibunya saja yang bernama ibu lembut,yang
tinggal di sebuah gubuk yang sangat sederhana,suatu ketika si lancang meminta
izin kepada ibunya untuk pergi merantau.
Lancang : “Ibu “
Ibu
lembut :”Iya, lancang”
Lancang :
“Ibu apa ibu akan mengijinkan aku untuk pergi merantau?”
Ibu
lembut :” Merantau ?”
Lancang :”
Iya ibu, jika ibu mengizinkan minggu depan saya akan berangkat ke kota
bersama jangkung”
Ibu lembut : “( ibu terdiam beberapa saat) baiklah
lancang ibu akan mengizinkan kau untuk pergi ke kota, namun jangan lupa
mintalah izin kepada ustad soleh guru ngajimu dahulu”.
Lancang
: “Baik ibu, besok aku akan
berkunjung kerumahnya”
(keesokan
harinya)
Lancang :
“Asalamualaikum”
Ustad
soleh : “Waalaikumsalam, eh rupanya kau
lancang, ada apa?”
Lancang :
“Begini ustad, saya ingin minta doa restunya,insyaallah minggu depan saya akan
pergi merantau bersama jangkung”
Ustad soleh : “Lancang saya restui kau untuk pergi
merantau, namun kau jangan terlalu asik diperantauanmu, sering-seringlah pulang
tengok ibu dan tanah kelahiranmu”.
Lancang : “Baik ustad, kalau begitu saya pulang dulu”
(
hari keberangkataanpun telah tiba, disaat lancang sedang mengemas barang
bawaannya, ibu menghampiri si lancang)
Ibu
lembut : “Lancang sudah siap semua
barang yang akan kau bawa”?
Lancang :”
Sudah ibu, ( lancangpun menghampiri ibunya yang tak jauh darinya, yang sedang
duduk dan meminta restu pada ibunya)
Via : “Ikh abdul minta restu pada orang tuanya
yang bener dong. Minggir nih aku contohin ( viapun mencontohkan carany)”
Abdul : “Iya nih aku tiruin sama kaya kamu”
Lancanng : “Ibu, doakan aku supaya diperanatuan sana
aku bisa menjadi orang yang sukses bu”.
Ibu
lancang :” Tanpa kau meminta doa ibu
selalu menyertai mu nak, namun ibu hanya berpesan jika diperantauan sana kau
sudah sukses jangan pernah kau lupakan ibu dan tanah kelahiraanmu ini lancang”
Lancang :
“Tentu bu , aku akan selalu mengingat nasehat ibu”.
(
terdengar ada orang yang memanggail lancang)
Jangkung :” Lancang, lancang”
Lancang : “Ibu tampaknya jangkung sudah menjemputku, aku
harus pergi bu”
Ibu
lembut : “Baiklah, jangkung ibu titip
anak ibu satu –satunya ini ya”
Jangkung :”
InsyaAllah ya bu, bu jangkung dan lancang berangkat duluya bu”.” Asalamualaikum
“
Ibu
lembut :” Waalaikumsalam”
(
akhirnya silancang pergi ke kota meninggalkan ibunya yang sudah tua di desa)
Si lancang
dan jangkungpun sampailah di kota dan tak lama setelah lancang datang ia
langsung masuk kerja.
Lancang : “Jangkung bagaimana apa kau sudah menemukan
pekerjaan?”
Jangkung : “Belum, mungkin nasibku tidak seberuntung
kau. Lancang tadi ada seorang teman ayahku yang mengajakku untuk bekerja
bersama dia, namun tempatnya ada jauh dari sini dan jika mau aku akan tinggal
bersama dia, apa kau tidak keberatan jika ku tinggal?”
Lancang
:”Tentu saja tidak,toh saya juga bukan anak
kecil yng butuh kau temani. Mungkin jalan rezeki mu bukan disini jadi pergilah!”
Jangkung :
“Terimakasih lancang kau memang teman yang paling baik”.
Fitri : “Dipeluk dong “
Taufiq :” Masa
dipeluk, masih normal kali”.
Randy : “Bosen lah nunggu giliran aktingnya,
dangdutan dulu yuk”
Lia : “Hah, dangdutan yang gaul dong, k- pop gituh”
Via : “ Dangdutan juga gaul kok, apa lagi
dangdut itu kan musik asli indonesia”
Randy : “Iya,jadi gimana pada milih dangdutan apa k
pop”
(
semuanya kecuali lia bersorak dangdutan)
Caswi : “Pada mau lagu apa?”
Dwi : “Oplosan
aj”
Dita : “Iya boleh juga tuh, lumayan buat
menghilangkan rasa bosan”
Randy : “Ok, mari goyang”
(
semuanya iku bergoyang menikuti irama lagu,tidak terkecuali lia yang semula
menolak untuk dangdutan,namun seiring lagu berjalan ia pun ikut menggerakan
tubuhnya)
Wina : “Udah li gausah gengsi, mari goyang”
(
setelah beberapa menit kemudian wina memetikan musik yang sedang bemutar lagu)
Taufik : Yah ko dimatiin ?
Fitri : Ini udah sore ayo latihan lagi
Abdul : “Padahal lagi enak-enak malah dimatiin ,yah...”
Wina : “Hayoh ngomong apa?”
Abdul : “Engga ikh”
Jangkungpun
pergi mengikuti saran dari teman ayahnya itu dan meninggalkan si lancang
sendiri, namun semakin hari karir si lancang semakin baik,samapi – samapai anak
bosnya pun tertarik padanya. Hal tersebut bermula ketika mereka bertemu
ditempat bekerja Fany yang tidak sengaja menumpahkankan minuman di sepatu
silancang
Fany :” Maaf maaf ga sengaja”.
Lancang :” Iya tidak mengapa, lagipula ini
hanya hal kecil”
Fany : “Oyah aku fany,kamu?”
Lancang :” Lancang”
Fany : “Nama yang unik , tapi kamu
gak lancang ngambil hati aku kan?”
Lancang :” Fany bisa saja”
Semenjak
hari itu fany dan lancang selalu ketemuan, dan berpacaran setelah 6 bulan
pacaran, fany mengajak lancang untuk menikah
Fany :”lancang kamu seriuskan sama
aku, kalau kamu serius ayo kita nikah
Lancang :”fany aku memang serius, tapi aku belum
punya cukup uang untuk menikah dengan mu”
Fany : “Lancang kamu tau kan aku ini
anak orang kaya, jadi kamu tinggal duduk manis saja,maslah biaya biarkan aku
yang urus”
Lancang : “Baiklah jika begitu”
(Lancangpun
menikah dengan fany yang tidak lain adalah anak bosnya dan tidak mengundang ibu
lembut)
Murni : “ibu lembut”
Ibu
lembut :” iya, eh murni”
Murni : “iya bu, bagaimana ibu dan mas
lancang sehat?”
Ibu
lembut :” ya beginilah mur keadaan
ibu, tapi kalau lancang ibupun tidak tahu,karena sudah 3 tahun ia telah pergi
merantau dan belum pulang. Kau sendiri kapan pulang dari kota?”
Murni : “sudah satu minggu yang lalu bu,
oh saya kira mas lancang sudah masih menemani ibu. Ternyata sudah tidak
ya,padahal saya ingin bertemu dengan mas , rasanya sudah lama tidak bertemu”
Ibu
lembut :” ya ibu pun sama rindu sekali
padanya. Ya kita doakan saja semoga ia cepat pulang”
Murni :” Amin”
Setelah
1 tahun pernikahan Lancang dengan Fany terjadi suatu konflik yang disebabkan
oleh tingkah Fany yang jarang mengurus sang suami)
Lancang : “Adinda kamu habis dari mana?”
Fany : “Habis kumpul bersama ibu-
ibu arisan perhiasan, kanda”
Lancang :” Terus, kamu tidak lupa untuk bersama
dengan ku kan
Fany : “kanda apa –apaan, ya
terserah adinda, toh aku menggunakan harta yang kupunya”
Lancang : “oh, jadi kamu sekarang seperti
itu,tidak menghargai aku,sebagai kepala rumah tangga”
Fanya
:” bukan begitu kanda”
Lancang : “sudah lah”
Ketika
lancang dan Fany sedang berkonflik, lancang berusaha menenangkan diri dengan
jalan – jalan. kemudian ia melihat 2
orang perempuan cantik, kemudian Ia jatuh hati pada 2 orang gadis kakak beradik
tersebut dan ia pun berusaha untuk mendekati wanita tersebut yang kebetulan
sedang duduk
Lancang :” Nona boleh saya duduk disini?”
Sesil :” iya silahkan pak”.
Lancang :” jangan panggil pak , saya masih
cukup muda untuk dipanggil mas”
Samanta :
“oh, kalau begitu silahkan mas”
(Samanta
dan sesil berbisik- bisik membicarakan si Lancang)
Sesil : “manta, sepertinya orang ini
orang kaya”
Samanta :” iya, sepertinya dia sedang kesepian”
Sesil : “fikirku pun sama dengan mu”
Samanta : “kau tertarik “
Sesil : “kita lihat dulu saja setebal
apa dompetnya”
lancang sangat terpikat oleh samanta dan
sesil, sedangkan mereka juga sangat terpikat pada harta si lancang. Tidak lama kemudian si lancang
menikahi keduanya dan Fany pun tidak keberatan menerima istri – istri baru si
lancang, karena semakin banyak istri yang dimiliki maka semakin tinggi derajat
keluarga mereka. Suatu hari si lancang mengajak istri – istrinya untuk pergi
berlibur ke kampar yang tidak lain adalah kampung halamannya.
Lancang :” istri- istriku, besok aku
ingin mengajak kalian berlibur ke kampaar, jadi berkemaslah”
Sesil : “pergi berlibur kanda, baiklah aku akan
berkemas dulu kanda. pengawal kau tau
dikamarku sudah ada tas besar yang isinya gaun-gaunku cepatlah kau angkat dan
masukan dalam kapal”
Pengawal : “Baik nona,perintah nona akan
saya laksanakan”
Fany :”pengawal, cepat kau bawa tempat make up
ku yang ada dikamar”
Dwi : “ centil banget ”
Caswi :” kok centil sih, akukan Cuma ngikuti
naskahnya aja”.
Via :” maksudnya tokoh fany yang centil,
bukan kamu”
Fitri :” ko malah diskusi, ayo dilanjut
lagi biar cepat selesai”
Pengawal : “baik ratu, saya akan
melaksanakannya”
Samanta :”pengawal dan jangan sampai kau
lupa bawa semua perhiasan – perhiasan
kita”
Pengawal : “Baik. Ada lagi?”
Sesil : “Tentu saja ada,namun
nanti. jangan khawatir jika ada kami juga akan memanggilmu”
Pengawal : “baiklah, saya permisi dahulu
untuk melaksanakan tugas”
(
hari pemberangkatan pun tiba, semuanya sangat senang akan berlibur ke kampar,tidak
terkecuali ibu lembut yang mengetahui kabar dari murni bahwa lancang akan
pulang)
Murni : “ibu lembut”
Ibu
lembut : “iya murni,ada apa?”
Murni :” saya punya kabar gembira untuk ibu,
bahwa mas lancang akan pulang besok”
Ibu
lembut : “apa benar itu murni, kalau begitu maukah
kau menemani ibu untuk menjemput lancang di pelabuhan besok?”
Murni : “iya ibu tentu saya mau, lagipula saya juga
ingin bertemu dengan mas lancang”
(
keesokan harinya ibu lembut dan murni pergi kepelabuhan untuk menemui
lancang,namun sebelum mereka ketemu dengan lancang,mereka bertemu terlebih
dahulu dengan pengawal)
Pengawal : “siapa kalian beraninya kalian mendekati kapal majikan saya”
Ibu
lembut : “saya ibu si lancang”
Pengawal : “berani sekali kau menanggil
nama majikan saya, sungguh sangat tidak sopan. Tadi kau bilang kau ibu dari
majikan saya, ha ha ha sungguh mimpimu sangat tinggi”
Murni : “pengawal beliau ini memang ibu dari
majikanmu”
Pengawal :” kau juga masih muda sudah gila.
Mana mungkin wanita ini ibu dari majikan saya yang kaya raya, sedangkan wanita ini sepertinya
orang yang sangat miskin”
(
mendengar ada kegaduhan si lancang pun keluar bersama istri- istrinya untuk
melihat apa yang terjadi)
Lancang : “Ada apa ini?”
Ibu
lembut :” lancang, anaku sekarang kau sudah sukses
nak “
( dalam hatinya ia mengingat bahwa beliau
adalah ibu kandungnya, namun karena ia malu,ia pun tak mengakuinya)
Fany :” kanda apa benar wanita miskin ini
ibumu? bukankah kau bilang bahwa ibumu sudah meninggal?”
Lancang : “tentu bukan adinda, dia ini hanya
orang gila yang ingin hartaku, lagi pula mana mungkin aku yang kaya raya ini
memiliki ibu yang sangat miskin seperti dia”
Murni : “mas lancang sungguh tega, kau tak mengakui
ibumu sendiri, sadar mas,sadar jangan jadi anak durhaka”.
(
ibu lembut pergi meninggal kan pelabuhan dengan derai air mata)
Taufiq : “katanya dengan derai air mata, mana air
matanya?”
Wina :” itu dia masalahnya tadi sebagian
ketinggalan dirumah , jadi kurang air mata deh”
Via : “oh air mata kamu ketinggalan? mau
aku transfer gak”?
Randy : “emangnya pulsa apa ditransfer?”
Fitri :” udah, kita lanjutin lagi ya, nih tinggal
dikit kok”
(
ibu pun berdoa untuk si lancang)
Ibu
lembut : “YA Allah tega betul
anaku tak mengakui aku, sakitnya hati ini, YA Allah berilah hukuman untuk anak
durhaka itu”
(
setelah ibunya berdoa datanglah angin yang sangat dahsyat kepada kapal si lancang
yang sudah durhaka pada ibunya. Angin tersebut menerbangkan kapal yang
didalamnya terdapat silancang, para istrinya dan pengawal,hingga kapal tersebut
tenggelam di sebuah danau yang kemudian danau tersebut disebut danau lancang)
Lia : “kok berhenti bacanya
fit?”
Fitri :” ya berhenti lah, udah
selesai juga”
Caswi : “udah selesai, baca hamdalah
dong”
(
semunya membaca hamdalah)
Wina : “ya udah kita pulang yuk,
maaf ya vi udah ngerepotin “
Via :” engga koK , aku malah
seneng ada temannya”
Dita : “kita pulang ya, dah via”
Via : “ia hati –hati ya”.
Komentar
Posting Komentar